Besok Sore

Langit oranye begitu riang, ku tanya padanya apa yg membuatnya riang. Langit oranye itu menjawab awan. Tak selang lama, awan berubah menjadi hitam. Suara petir menggema dan air hujan membasahi bumi. Ku tanya padanya, mengapa bumi masih nampak riang walau harus terguyur air hujan milik awan hitam itu. "lihat, dan perhatikanlah", jawab bumi singkat.

Aku tak mengerti. Aku bukan manusia ahli menerka. Dan rupanya aku tak sepandai yg bumi kira. Kusimpan tanya dalam waktu yg lama. Menerka lantas mencoba memahami. Tapi bukan itu jawabannya. Namun seorang lelaki datang. Menyapa, lantas mewarnai hari. Mengajari apa yg tak kutau. Hingga suatu waktu ia pergi tanpa sebuah kata perpisahan. Lagi lagi aku dibuat tak mengerti. Semesta begitu senang bercanda denganku. Tak ubahnya dengan takdir yg serumpun dengan semesta. Pandai bercanda.
Pekat itu tak kunjung menepi. Aku hampir saja kehilangan jalanku. Tak ada lagi langit oranye yg dapat ku jumpai. Bagiku, setiap hari langit nampak kelabu. Aku dirundung duka mendalam.

Sudah lebih dari 24 purnama. Hujan datang berbeda sore ini. Secangkir coklat panas tanpa gula kesukaanku. Ku tatap seorang wanita dihadapanku. Tak sedang tersenyum. Matanya bulat dengan riasan eyeliner. Gaun putih semampai hingga lantai. Memakali sweater tebal berwarna biru muda. Cat kuku biru muda terpasang pada jemarinya. Tatapannya tajam menyorotiku yg sedang membawa coklat panas. Aku yakin jika dirinya datang bukan karna ingin coklat panas yg ku genggam.

Ia mengisahkan perjuangannya. Yg mati terbunuh duka. Ia ingin aku untuk mengenangnya.

Wanita dihadapanku itu adalah aku, dimasa laluku. Aku menanggalkan dirinya untuk diam disudut ruangan. Aku memintanya untuk beranjak. Hingga aku sampai disini. Dengan langit oranyeku kembali.

Bumi benar.
Ada hal hal yg memang harus larut lalu hanyut bersama derasnya hujan. Putihnya awan tak pernah menjamin untuk tak pekat kemudian. Ada hal hal yg memang tak bisa ku pahami dalam tempo sekejap. Aku belajar. Ternyata menerka dan memahami saja tak cukup. Duka menang. Dan aku juga menang. Akan aku yg telah kuasa memintanya untuk diam disudut ruangan itu, selamanya.

Bandung,
Ay.

0 komentar:

Posting Komentar

Search This Blog

Pinterest Gallery

featured Slider

Instagram Shots

Tweet Tweet

Like us

Sponsor